Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Jambi mengkhawatikan akan adanya efek pencemaran dan berbahaya bagi lingkungan, karena sebagian besar galian bekas tambang di Provinsi itu tidak ada yang direklamasi (11/11/15).
“Kenapa tidak direklamasi, alasan dari pemerintah karena biaya reklamasi itu cukup mahal. Sementara dari catatan kita, semua bekas tambang di Jambi tidak ada yang dilakukan reklamasi,” kata Direktur Eksekutif Walhi Jambi, Musri Nauli di Jambi, Selasa.
Padahal pengaturan mengenai hal ini telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2010 pasal 2, ayat 2 dan Peraturan Menteri N0 07 tahun 2012.
“Pemerintah harus melaksanakan kewajibannya melakukan reklamasi, kalau misalkan terkendala anggaran, pemerintah setidaknya melakukan pengawasan secara periodik enam bulan atau satu tahun sekali,” kata dia.
Dia menjelaskan, seperti uji petik Walhi beserta Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) beserta Greenpeace yang dilakukan pada areal galian bekas tambang batubara milik PT Sarolangun Prima Could (SCP) yang berada di Desa Pulau Pinang, Kecamatan Sarolangun itu menunjukan tingkat pencemarannya airnya diambang batas rata-rata.
“Memang akses galian tambang itu agak jauh dari masyarakat, tapi air pada genangan bekas tambang itu mengalir ke sejumlah sungai yang menjadi sumber bagi masyarakat,” katanya menjelaskan.
Pada galian bekas tambang PT SCP seluas 2.000 hektare dengan kedalaman air 50-70 meter air yang menggenang itu setelah dilakukan uji petik menunjukan dengan suhu 32,2 derajat. PH 3,4 EC (Electrik Conduktivity) 320.
“Dilihat dari indikator PH yang rendah itu dapat dikatakan tingkat keasaman air itu sangat tingggi dan juga terdapat logam berat didalam air itu,” katanya menjelaskan.
Sementara itu, anggota Jatam, Ki Bagus menyebutkan, secara alamiah air yang menggenang pada bekas galian tambang batubara tersebut warnanya jika dilihat secara kasat mata sudah terlihat mengandung logam berat yang tinggi.
“Secara kasat mata, jika kita lihat warnanya biru dan tidak terdapat mikroorganisme ataupun jenis ikan yang hidup disitu bisa disebutkan air yang ada didanau itu berbahaya,” kata Bagus.(*)
Reporter: Chandra Harfi
Editor: Hardiopes
sumber :jambisatu.com