KWT Dampingan Walhi Manfaatkan Lidi Sawit dan Bambu Menjadi Kerajinan yang Bernilai

KWT Dampingan Walhi Manfaatkan Lidi Sawit dan Bambu Menjadi Kerajinan yang Bernilai

Dalam kondisi sumber daya alam melimpah dan tumbuh suburnya budaya instan, melihat berkah dari alam dan memanfaatkannya adalah kemampuan yang luar biasa.
Seperti kelompok tani dampingan Walhi yang memanfaatkan lidi kelapa sawit dan bambu untuk dimanfaatkan kembali.

Lidi kelapa sawit tak banyak dilihat manfaatnya. Namun, Kelompok Wanita Tani (KWT) Sako Indah, melihat potensi ini. KWT Sako Indah berlokasi di Desa Baung, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.

Yanti, anggota KWT Sako indah mengatakan, tidak ada yang punya lahan sawit khusus di desa mereka, namun ada yang menanam sawit di pinggiran sungai. Sawit-sawit itu lah yang kemudian lidinya dimanfaatkan.
Ibu-ibu dalam kelompok tani membagi diri dalam empat kelompok.
04032020_Kerajinan dari KWT bimbingan Walhi Jambi
04032020_Kerajinan dari KWT bimbingan Walhi Jambi (Tribunjambi.com/Jaka HB)
“Ada yang guntung atau membersihkan, ada yang membuat polanya dan ada juga yang menganyamnya,” ungkap Yanti, Rabu (4/3/2020).
KWT Sako Indah punya empat jenis produk. Ada piring kecil, piring besar, tempat air minum kemasan dan tempat buah yang ukurannya paling besar.
“Kalau piring itu selusinnya Rp 80 ribu. Tempat air minum Rp 50 ribu dan tempat buah Rp 30 ribu,” bebernya.
Bahkan peminat produk ini cukup banyak.
“Ada dari Kerinci, Bangko dan Jambi. Biasanya untuk kebutuhan katering,” bilang Yanti.
Menurut Yanti, jarak tempat mengambil lidi dari tempat mereka cukup jauh. Sebab mereka tidak ada yang bertani sawit secara besar-besaran.

Selain KWT Sako Indah, ada pula KWT Kunyit Serumpun  yang juga dari Kecamatan Batang Asai. Bedanya, KWT ini memroduksi produk alam berbahan dasar bambu.

Rohana, Ketua Kelompok Kunyit Serumpun mengatakan, pihaknya membuat produk berbahan dasar bambu, seperti tampi beras, pinggan atau piring kecil, ambung (untuk mengkat kayu bakar), sarau untuk menangkap ikan dan tempat air minum kemasan.

“Ambung bisa angkut kayu sampai 25 kg,” katanya.

Menurut Rohana, setiap bulannya ada 10 sampai 15 produk yang terjual. Sedangkan proses pembuatannya cukup sulit di awal.

“Tempatnya cukup jauh dan pohonnyakan berduri itu. Harus bersihkan durinya dulu,” ungkap Rohana.

Dua KWT ini merupakan sebagian dari 11 pengisi stand di acara Acetival Wilayah Kelola Rakyat Walhi Jambi yang diselenggarakan di pelataran parkir Hotel Golden Harvest.

Dalam acara ini, Walhi menghadirkan panganan lokal petani Jambi dan beberapa pegiat budaya dan seni di Jambi.

Acara ini diselenggarakan Walhi Jambi selama dua hari dari tanggal 3 hingga 4 Maret 2020, yang juga diiringi acara lainnya.

KWT Dampingan Walhi Manfaatkan Lidi Sawit dan Bambu Menjadi Kerajinan yang Bernilai  (Tribunjambi.com/Jaka HB)

Kamu Harus Baca Juga ini :