Liputan6.com, Jambi – Wahana Linkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Jambi menyatakan, 50 persen lahan gambut di Provinsi Jambi dalam kondisi kritis akibat kebakaran dan alih fungsi hutan.
Direktur Ekskutif Walhi Jambi, Musri Nauli menyebutkan, luas lahan gambut di Jambi mencapai 700 ribu hektar lebih. Jumlah itu membentang di tiga kabupaten yakni Muarojambi,Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) dan Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar
).
“Dari jumlah itu, sekitar 50 persen atau 350 ribu hektar dalam kondisi kritis akibat alih fungsi hutan,” ujar Musri dalam lokakarya dan seminar ‘Study Pengolahan Lahan Gambut’ dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia di Jambi, Senin (2/2/2015).
Data terbaru Walhi Jambi, setiap musim kemarau menunjukkan tiga perempat titik api di Jambi selalu berada di lahan gambut.
“Mulai tahun 2004 itu, kebakaran lahan gambut sudah setiap tahun sekali terjadi. Itu akibat lahan gambut di Jambi banyak yang dieksploitasi oleh perusahaan baik itu perkebunan sawit dan juga HTI (Hutan Tanaman Industri) Akasia,” jelasnya.
Menurut dia, untuk menghentikan kondisi tersebut, Walhi beserta masyarakat yang berada di kawasan gambut tengah berupaya membuat Jaringan Masyarakat Gambut Jambi (JMG-J).
Aggota JMG-J berasal dari masyarakat kawasan gambut yang secara bersama-sama mengelola lahan gambut untuk ditanami komoditas selain sawit dan akasia seperti padi, kakao, karet dan tanaman lainnya.
“Dengan JMG-J ini masyarakat pasti punya cara yang berbeda dalam mengolah dan memanfaatkan lahan gambut sebagai penunjang perekonomian bagi masyarakat yang berada dikawasan gambut,” ujarnya lagi.
Sekretaris JMG-J, Imron menyebutkan, ada 133 desa di tiga kabupaten yang berada di kawasan gambut. Dari jumlah itu, ada 33 desa berada di wilayah perkebunan dan 48 desa lagi di wilayah HTI.
“Jadi, masyarakat desa yang berada di wilayah lahan gambut, perkebunan dan HTI ini yang mengeksploitasi akan kita hentikan,” kata Imron. (Bangun Santoso/Gdn)
Direktur Ekskutif Walhi Jambi, Musri Nauli menyebutkan, luas lahan gambut di Jambi mencapai 700 ribu hektar lebih. Jumlah itu membentang di tiga kabupaten yakni Muarojambi,Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) dan Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar
).
“Dari jumlah itu, sekitar 50 persen atau 350 ribu hektar dalam kondisi kritis akibat alih fungsi hutan,” ujar Musri dalam lokakarya dan seminar ‘Study Pengolahan Lahan Gambut’ dalam rangka memperingati Hari Lahan Basah Sedunia di Jambi, Senin (2/2/2015).
Data terbaru Walhi Jambi, setiap musim kemarau menunjukkan tiga perempat titik api di Jambi selalu berada di lahan gambut.
“Mulai tahun 2004 itu, kebakaran lahan gambut sudah setiap tahun sekali terjadi. Itu akibat lahan gambut di Jambi banyak yang dieksploitasi oleh perusahaan baik itu perkebunan sawit dan juga HTI (Hutan Tanaman Industri) Akasia,” jelasnya.
Menurut dia, untuk menghentikan kondisi tersebut, Walhi beserta masyarakat yang berada di kawasan gambut tengah berupaya membuat Jaringan Masyarakat Gambut Jambi (JMG-J).
Aggota JMG-J berasal dari masyarakat kawasan gambut yang secara bersama-sama mengelola lahan gambut untuk ditanami komoditas selain sawit dan akasia seperti padi, kakao, karet dan tanaman lainnya.
“Dengan JMG-J ini masyarakat pasti punya cara yang berbeda dalam mengolah dan memanfaatkan lahan gambut sebagai penunjang perekonomian bagi masyarakat yang berada dikawasan gambut,” ujarnya lagi.
Sekretaris JMG-J, Imron menyebutkan, ada 133 desa di tiga kabupaten yang berada di kawasan gambut. Dari jumlah itu, ada 33 desa berada di wilayah perkebunan dan 48 desa lagi di wilayah HTI.
“Jadi, masyarakat desa yang berada di wilayah lahan gambut, perkebunan dan HTI ini yang mengeksploitasi akan kita hentikan,” kata Imron. (Bangun Santoso/Gdn)
http://bisnis.liputan6.com/read/2169930/350-ribu-hektar-lahan-gambut-di-jambi-kritis